Selamat datang di blog saya. Salam literasi dan salam pendidikan! Halo teman-teman! kalian bisa mencari catatan materi tentang edukasi khususnya materi di jenjang SMP IPA kelas 7 , 8 , dan 9 di sini! Semangat belajar!

Belajar Sains di Dunia Maya

Waktu di Yogyakarta:

Gempa Bumi_Kajian

 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan lempeng Bumi. Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat bernama Seismometer. 

Kajian Literatur

“An earthquake is a movement or shaking of the ground. Earthquakes happen when huge pieces of Earth’s crust move suddenly and give off energy. This energy travels through the ground and makes it move. Seismology is the study of earthquakes. Scientists who study earthquakes are called seismologists” (Holt, Rinehart, and Winston, 1994: 135).

Maksud dari kutipan diatas yaitu gempa bumi adalah gerakan atau goncangan tanah. Gempa bumi terjadi ketika potongan besar kerak bumi bergerak tiba-tiba dan mengeluarkan energi. Energi ini bergerak melalui tanah dan membuatnya bergerak. Seismologi adalah studi tentang gempa bumi. Ilmuwan yang mempelajari gempa disebut seismolog.

Sedangkan menurut Sunarjo, dkk (2010) gempa bumi adalah peristiwa bergetar atau bergoncangnya bumi karena pergerakan atau pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Gempa bumi yang disebabkan oleh aktifitas pergerakan lempeng tektonik disebut gempa bumi tektonik. Namun selain itu, gempa bumi bisa saja terjadi akibat aktifitas gunung berapi yang disebut sebagai gempa bumi vulkanik.

Menurut Teori Elastic Rebound yang dinyatakan oleh Seismolog Amerika, Reid, (Bullen, 1965; Bolt 1985) menyatakan bahwa gempa bumi merupakan gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan elastis batuan, yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi pada lapisan lithosfer. Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan (stress) dan regangan (strain) pada lapisan bumi. Tekanan atau regangan yang terus-menerus menyebabkan daya dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum dan mulai terjadi pergeseran dan akhirnya terjadi patahan secara tiba-tiba. 


Salah satu jenis gempa bumi adalah gempa bumi dangkal menurut Sunarjo (2010:31) gempa bumi dangkal menimbulkan efek goncangan dan kehancuran yang lebih dahsyat dibanding gempa bumi dalam. Ini karena sumber gempa bumi lebih dekat ke permukaan bumi sehingga energi gelombangnya lebih besar. Karena pelemahan energi gelombang akibat perbedaan jarak sumber ke permukaan relatif kecil. Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M) berskala Richter (SR) .

Skala richter adalah Kekuatan Gempa diukur dengan Skala Richter atau SR, yang didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter (Sunarjo.2010:31).

Menurut Sunarjo, dkk (2010) Hypocenter atau fokus gempa adalah pusat titik gempa yang ada di dalam bumi. Hypocenter dapat diukur melalui gelombang seismik. Tekanan yang ada didalam bumi, akan menyebabkan lapisan bumi bergetar yang menghasilkan hypocenter. Semakin dekat hypocenter, maka gempa akan semakin terasa dan kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar. Hypocenter yang berada di bawah lautan jauh lebih berbahaya karena dapat menciptakan tsunami. Gempa bumi sendiri dibagi menjadi 3, berdasarkan kedalaman letak hypocenter-nya yaitu gempa bumi dangkal jika kedalaman hypocenter kurang dari 60 Km dari permukaan bumi, gempa bumi sedang jika kedalaman hypocenter diantara 60 Km hingga 300 Km dari permukaan bumi dan gempa bumi dalam jika kedalaman hypocenter lebih dari 300 Km dari permukaan bumi.

“The place inside the Earth where the rock first breaks is called the earthquake’s focus. The place on Earth’s surface that is right above the focus is called the epicenter. Seismologists can use seismograms to find the epicenter of an earthquake” (Holt, Rinehart, and Winston, 1994: 141). Maksud kutipan ini adalah tempat di dalam Bumi di mana batu pertama kali pecah disebut gempa fokus. Tempat di permukaan bumi yang berada tepat di atas fokus disebut episentrum.

“Scientists who study earthquakes use an important tool called a seismograph. A seismograph records vibrations that are caused by seismic waves. When the waves from an earthquake reach a seismograph, it records them as lines on a chart called a seismogram” (Holt, Rinehart, and Winston, 1994: 141).

Maksud kutipan diatas adalah Ilmuwan yang mempelajari gempa bumi menggunakan alat penting yang disebut seismograf. Seismograf merekam getaran yang disebabkan oleh gelombang seismik. Ketika gelombang dari gempa mencapai seismograf, ia mencatatnya sebagai garis pada grafik yang disebut seismogram. 

Menurut Langley (2007: 67), menyatakan prinsip kerja dari alat ini yaitu mengembangkan kerja dari bandul sederhana. Ketika mendapatkan usikan atau gangguan dari luar seperti gelombang seismik maka bandul akan bergetar dan merekam datanya seperti grafik.

Menurut Holt, Rinehart, and Winston, (1994: 142), “Seismograms help us learn when an earthquake happened. They can also help seismologists find the epicenter of an  earthquake. The easiest way to do this is to use the S-P time method. This is how the S-P time method works:”

Seismogram membantu kita mengetahui kapan gempa bumi terjadi. Mereka juga dapat membantu ahli seismologi menemukan pusat gempa bumi. Cara termudah untuk melakukannya adalah dengan menggunakan metode waktu SP. Beginilah cara kerja metode waktu SP:


Sumber Rujukkan 

Holt, Rinehart, & Winston. (1994). Earts Science. London: A Harcount Education Company. 

Langley, A. (2007). Seri Pengetahuan Bencana Alam. Jakarta : Erlangga. 

Sunarjo, M., Gunawan, T., & Pribadi, S. (2010). Gempa Bumi Edisi Populer. Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.


Share:

Analisis Gerak Vertikal ke Atas Pada Pembelajaran IPA Menggunakan Tracker Video

 Analisis Gerak Vertikal ke Atas Pada Pembelajaran IPA Menggunakan Tracker Video 



Gambar 1 Gerak Vertikal Ke Atas

(Sumber: Dokumentasi Penulis)


Di era perkembangan teknologi digital saat ini, kualitas kegiatan pembelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui penggunaan berbagai aplikasi atau software yang berfungsi sebagai science pedagogical tool salah satunya adalah traker video. Tracker merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Java Open Source Physics (OSP) yang dapat diunduh secara gratis di www.physlets.org/tracker/. Tracker ini memungkinkan siswa untuk menganalisis gerak sebuah benda yang ada dalam video dengan cara membuat jejak yang mengikuti gerak benda yang ada dalam video. 


Pemanfaatan aplikasi tracker dalam pembelajaran maupun optimalisasi alat eksperimen sudah banyak dilakukan, seperti pemanfaatan tracker untuk menganalisis gerak vertikal ke atas. Menurut Wiladi (1996), gerak vertikal ke atas yaitu gerak suatu benda dari suatu titik acuan yang selama pergerakannya berlawanan dengan arah percepatan gravitasi bumi.

Dari uraian diatas maka saya akan memperkenalkan kepada teman-teman bagaimana cara penggunaan, dan pengambilan data menggunakan tracker video tersebut. Adapun sebagai panduan kalian dapat mengunduh file lembar kerja siswa dengan klik disini. 


Nah untuk penjelasan penggunaan trakernya secara terperinci sebagai penjelasan yang terdapat pada LKM dapat diperdalam pada video berikut.

Nah itu tadi percobaan yang telah dilakukan. Semoga memberikan manfaat bagi teman-teman. Sekian, terimakasih. Salam literasi. 


Sumber Refrensi 



Wiladi, H. (1996). FISIKA 1A. Bandung: GMP.


Share:

Panflet Pendidikan Karakter

Share:

Percobaan Fisika Optik Geometri

 

PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA DAN CERMIN


Pengantar

Gambar 1. Bayangan sebuah nyala lilin pada cermin 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Salah satu bagian dari ilmu fisika adalah pengetahuan tentang optika geometris. Optika geometris mempelajari tentang cahaya, baik pemantulannya pada cermin maupun pembiasaan pada lensa dan prisma. Disini teman-teman dapat melihat bagaimana bayangan dibentuk dari sebuah nyala lilin untuk dilihat proses pembentukan bayangannya, lalu melihat bagaimana hasil bayangan benda itu pada layar. Lihat video berikut untuk mengamati kejadian yang terjadi.

Dasar Teori

Menurut Suwarna (2010 :97) Kaca pembesar atau lup digunakan untuk melihat benda kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung. Lup menggunakan sebuah lensa cembung atau lensa positif untuk memperbesar objek menjadi bayangan sehingga dapat dilihat dengan jelas. Bayangan yang dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar.

Menurut Nirsal (2012 :30) bahwa ciri utama lensa cembung adalah bagian tengah lensa lebih tebal daripada bagian pinggirnya. Lensa cembung sering disebut lensa konveks atau lensa positif. Berikut ini adalah jenis-jenis lensa cembung berdasarkan bentuk lengkung permukaannya : 

  1. Lensa bikonveks adalah lensa yang memiliki dua permukaan cembung. 

  2. Lensa plan-konveks adalah lensa yang memiliki satu permukaan cembung dan satu permukaan datar. 

  3. Lensa konveks-konkaf adalah lensa yang memiliki satu permukaan cembung dan satu permukaan cekung. Dalam hal ini, permukaan yang cembung lebih dominan daripada permukaan yang cekung.

Menurut Suwarna (2010: 63-64 ) bahwa, bayangan yang terbentuk pada lensa cembung sebagai berikut : 

  1. Jika benda diletakkan pada jarak lebih besar dari pada 2F, sifat bayangannya adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. 

  2.  Jika benda diletakkan antara F2 dan 2F2, sifat bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. 

  3. Jika benda diletakkan pada jarak lebih kecil daripada F2, sifat bayangannya adalah maya, sama tegak, dan diperbesar. 

  4. Jika benda diletakkan pada titik F2 atau 2F2 bayangan yang terbentuk seperti pada gambar di bawah:Benda yang diletakkan di titik fokus akan berada di tempat yang jauh tidak terhingga 

  5. Benda yang diletakkan pada titik 2F2 sifatnya nyata, terbalik, dan diperbesar.

Cermin datar merupakan cermin yang memiliki permukaan datar dan licin dilapisi bahan mengkilap. Bayangan yang dihasilkan cermin datar bersifat maya dan tegak. Selain itu bayangan yang dihasilkan menghadap terbalik dengan objek serta memiliki bayangan yang perbesarannya 1 artinya memiliki jarak bayangan dan perbesaran yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan (Nirsal, 2012:26-27).

Menurut Susilo (2016 : 3 ) bahwa dua buah cermin membentuk sudut Jumlah bayangan yang dihasilkan kedua cermin dihitung dengan rumus: 

 n=360०α-1

dengan : 

n = jumlah bayangan 

α = sudut antara kedua cermin datar (o)


Data Hasil

  1. Kegiatan 1. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung

No

Jarak Benda (So) cm

Jarak Bayangan (Si) cm

Sifat Bayangan

1.

48

117

Nyata, terbalik, diperbesar

2.

80

58

Nyata, terbalik, diperkecil

3.

56

90

Nyata, terbalik, diperbesar

4.

42

177

Nyata, terbalik, diperbesar

5.

41

205

Nyata, terbalik, diperbesar

Sumber: Data Primer

  1. Kegiatan 2. Pembentukan Bayangan pada Dua Cermin Datar

No

Sudut (°)

Jumlah Bayangan

1

30

11

2

40

8

3

60

5

4

90

3

5

120

2

Sumber: Data Primer

Analisis Data

  1. Kegiatan 1. Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung

Data 1

S  = 48 cm

S’= 117 cm 

1 f=148+1117

1 f=551872

f= 34,06 cm

2 R=148+1117

2 R=551872

R= 68,12  cm


Data 2

S  = 80 cm

S’= 58 cm

1 f=180+158

1 f=692320

f= 33,62  cm

2 R=1n+1n

2 R=180+158

R= 67,24  cm

Data 3

S  = 56 cm

S’= 90 cm

1 f=156+190

1 f=732520

f= 34,52  cm

2 R=156+190

2 R=732520

R= 69,04  cm

Data 4

S  = 42 cm

S’= 177 cm

1 f=142+1177

1 f=732478

f= 33,94  cm

2 R=142+1177

2 R=732478

R= 67,88  cm

Data 5

S  = 41 cm

S’= 205 cm

1 f=141+1205

1 f=6205

f=34,17   cm

2 R=141+1205

2 R=6205

R= 68,34  cm


  1. Kegiatan 2. Pembentukan Bayangan pada Dua Cermin Datar

Data 1

α=30०

n= 11

n=360०α-1

n=360०30०-1

n=12-1

n=11

Data 2

α=40०

n= 8

n=360०α-1

n=360०40०-1

n=9-1

n=8


Data 3

α=60०

n= 5

n=360०α-1

n=360०60०-1

n=6-1

n=5


Data 4

α=90०

n= 3

n=360०α-1

n=360०90०-1

n=4-1

n=3


Data 5

α=120०

n= 2

n=360०α-1

n=360०120०-1

n=3-1

n=2




Pembahasan

Untuk kegiatan pertama pada praktikum ini mengenai percobaan pembentukan bayangan pada lensa cembung. Adapun prosedur atau langkah kerja untuk kegiatan ini adalah pertama menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian menyusun alat dan bahan sebagaimana desain percobaan 1. Lalu membuat bayangan nyata pada layer dari sebuah cahaya dari lilin dengan lensa cembung pada lup Mengukur jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’), kemudian mengulangi percobaan hingga lima kali dengan harga s dan s’ yang berbeda-beda. 

Pada kegiatan praktikum melibatkan lup karena lup atau kaca pembesar memanfaatkan lensa positif atau lensa cembung yang biasa digunakan untuk memperbesar bayangan objek. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suwarna (2010 :97) Kaca pembesar atau lup digunakan untuk melihat benda kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung. Lup menggunakan sebuah lensa cembung atau lensa positif untuk memperbesar objek menjadi bayangan sehingga dapat dilihat dengan jelas. Bayangan yang dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar.

Selain itu, lup memiliki lensa cembung karena memiliki ciri utama yakni bagian tengah lebih tebal daripada bagian pinggirnya. Dan termasuk pada lensa bikonveks. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Nirsal (2012 :30) bahwa ciri utama lensa cembung adalah bagian tengah lensa lebih tebal daripada bagian pinggirnya. Lensa cembung sering disebut lensa konveks atau lensa positif. Berikut ini adalah jenis-jenis lensa cembung berdasarkan bentuk lengkung permukaannya : 

  1. Lensa bikonveks adalah lensa yang memiliki dua permukaan cembung. 

  2. Lensa plan-konveks adalah lensa yang memiliki satu permukaan cembung dan satu permukaan datar. 

  3. Lensa konveks-konkaf adalah lensa yang memiliki satu permukaan cembung dan satu permukaan cekung. Dalam hal ini, permukaan yang cembung lebih dominan daripada permukaan yang cekung.

Berdasarkan data kegiatan pertama dengan variasi jarak benda terhadap lensa cembung atau (s) dengan variabel terikat jarak bayangan (s') dan sifat bayangan yang terbentuk. Pada data pertama jarak benda yang digunakan adalah 48 cm diperoleh jarak bayangan 117 cm dengan sifat bayangan   nyata, terbalik, diperbesar. Pada data kedua jarak benda yang digunakan seharga 80 cm maka diperoleh jarak bayangan 58 cm dengan sifat bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil. Kemudian untuk data ketiga untuk jarak benda yang digunakan seharga 56 cm dengan jarak bayangan 90 cm dan sifat bayangan seperti pada data pertama. Untuk data keempat jarak benda yang digunakan seharga 42 cm dengan jarak bayangan yang dihasilkan seharga 177 cm dengan sifat bayangan sama seperti pada data kesatu dan ketiga. Terakhir untuk data kelima jarak benda yang digunakan seharga 41 cm dengan jarak bayangan yang dihasilkan seharga 205 cm dengan sifat bayangan sama seperti data kesatu, ketiga, dan keempat, yaitu nyata, terbalik, dan diperbesar.   

Berdasarkan analisis diperoleh fokus pada data pertama seharga 34,06 cm dengan R sebesar 68,12 cm, data kedua fokus yang didapatkan seharga 33,62 cm dan nilai R seharga 69,04 cm, data ketiga fokus yang diperoleh seharga 34,52 cm dengan nilai R seharga 69,04, data keempat fokus yang diperoleh seharga 33,94 dengan nilai R seharga 67,88 cm, dan terakhir untuk data kelima fokus yang didapatkan seharga 34,17 cm dan nilai R seharga 68,34 cm. Berdasarkan kegiatan analisis menggunakan rumus f yang melibatkan jarak bayangan dan jarak benda. Selain itu, berdasarkan analisis juga diperoleh bahwa R adalah 2 kali dari jarak titik fokus. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Menurut Suwarna (2010 : 44-45) Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’) akan menghasilkan jarak fokus f. Hubungan tersebut secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. 

1 f=1s+1s'

Berdasarkan analisis dari sifat bayangan yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua jenis bayangan yang terbentuk yaitu bayangan nyata, terbalik, diperkecil untuk data ke dua  ini karena jarak benda berada lebih besar dari pada 2F atau 2 kali jarak fokus, dan untuk jenis bayangan yang lain adalah nyata, terbalik, diperbesar untuk data kesatu, ketiga, keempat, dan kelima. hal tersebut terjadi karena benda terletak di antara F dan 2F. Uraian tersebut sesuai sebagaimana dengan teori yang disampaikan menurut Suwarna (2010 : 63-64 ) bahwa, bayangan yang terbentuk pada lensa cembung sebagai berikut : 

  1. Jika benda diletakkan pada jarak lebih besar dari pada 2F, sifat bayangannya adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. 

  2.  Jika benda diletakkan antara F2 dan 2F2, sifat bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. 

  3. Jika benda diletakkan pada jarak lebih kecil daripada F2, sifat bayangannya adalah maya, sama tegak, dan diperbesar. 

  4. Jika benda diletakkan pada titik F2 atau 2F2 bayangan yang terbentuk seperti pada gambar di bawah:Benda yang diletakkan di titik fokus akan berada di tempat yang jauh tidak terhingga 

  5. Benda yang diletakkan pada titik 2F2 sifatnya nyata, terbalik, dan diperbesar.

Untuk kegiatan kedua pada praktikum ini mengenai percobaan pembentukan bayangan pada dua cermin datar. Adapun prosedur atau langkah kerja untuk kegiatan ini adalah pertama menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian  menyusun alat dan bahan sebagaimana desain percobaan 2. Lalu mengamati jumlah bayangan yang terbentuk dari dua cermin, kemudian mengulangi langkah yang sama dengan lima kali variasi untuk sudut antar 2 cermin yang berbeda-beda.

Pada kegiatan praktikum kedua melibatkan cermin datar. Cermin datar merupakan cermin yang memiliki permukaan datar dan licin dilapisi bahan mengkilap. Bayangan yang dihasilkan cermin datar bersifat maya dan tegak. Selain itu bayangan yang dihasilkan menghadap terbalik dengan objek serta memiliki bayangan yang perbesarannya 1 artinya memiliki jarak bayangan dan perbesaran yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan (Nirsal, 2012:26-27) cermin datar adalah bidang datar licin yang dilapisi bahan mengkilap. Cermin datar yang sering dilihat berupa kaca yang dilapisi bahan mengkilap pada sisi belakangnya. Bahan ini pada umumnya berupa amalgam (campuran perak dan raksa) yang bersifat memantulkan hampir semua cahaya yang jatuh padanya. Bayangan yang dilihat saat berdiri di depan cermin merupakan tipuan belaka karena di belakang cermin sebenarnya tidak ada apa-apa. Dengan kata lain, bayangan pada cermin datar adalah bayangan maya. Bayangan tersebut juga terlihat berlawanan arah dengan arah menghadap di depan cermin. Meskipun demikian, bayangan terlihat tegak dan mempunyai ukuran yang sama dengan benda. Dengan demikian, secara umum dapat dirangkum sifat-sifat bayangan dari cermin datar adalah maya, tegak, menghadap terbalik, jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, dan ukuran bayangan sama dengan ukuran benda.

Berdasarkan kegiatan kedua dengan variabel bebas variasi sudut yang dibentuk oleh dua cermin, dan variabel terikat berupa jumlah bayangan serta variabel kontrolnya adalah jumlah cermin dan benda. Pada data pertama variasi sudut yang pertama adalah 30० akan menghasilkan bayangan sebanyak 11, kemudian data kedua dengan sudut 40० akan menghasilkan bayangan sebanyak 8, kemudian data ketiga dengan sudut 60० akan menghasilkan bayangan sebanyak 5,  kemudian data keempat dengan sudut 90० akan menghasilkan bayangan sebanyak 3, dan untuk data kelima dengan sudut 120० akan menghasilkan bayangan sebanyak 2. 

Berdasarkan analisis data menggunakan rumus n=360०α-1dengan n sebagai jumlah bayangan dan α adalah sudut antara kedua cermin datar (o) sesuai dengan data hasil yang diperoleh kegiatan praktikum. Berdasarkan analisis data dengan rumus diperoleh jumlah bayangan yang sama. Sehingga rumus tersebut terbukti sesuai dengan data yang diperoleh. Sehingga hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Susilo (2016 : 3 ) bahwa dua buah cermin membentuk sudut Jumlah bayangan yang dihasilkan kedua cermin dihitung dengan rumus: 

 n=360०α-1

dengan : 

n = jumlah bayangan 

α = sudut antara kedua cermin datar (o)


Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

  1. Bayangan benda pada lensa cembung dapat ditentukan dengan dengan rumus. Sifat bayangan pada lensa cembung yaitu jika benda terletak di antara 0 dan F, sifat bayangan maya, tegak, diperbesar, jika benda terletak di antara F dan 2F sifat bayangan nyata, terbalik, diperbesar, Jika s = f bayangan tegak, maya, di tak hingga, jika s = 2 f, bayangan terbalik, nyata, sama besar, jika s > 2f, bayangan nyata, terbalik, diperkecil. fokus pada lensa cembung dapat ditentukan menggunakan rumus 1 f=1s+1s'

  2. Jumlah bayangan benda pada dua cermin datar yang membentuk sudut dapat dihitung menggunakan rumus n=360०α-1, dengan n adalah jumlah bayangan dan 𝛼 adalah sudut antara  dua cermin datar, dan dapat pula digambarkan proses pembentukan bayangan secara geometris.

Daftar Refrensi 


Nirsal, N. (2012 Perangkat Lunak Pembentukan Bayangan pada Cermin dan Lensa. d'ComPutarE: Jurnal Ilmiah Information Technology, 2(1), 24-33. Di unduh di https://journal.uncp.ac.id/index.php/computare/article/view/180  pada tanggal 16 Mei 2021 pada pukul 23.46 WIB. 

Susilo. (2016). Sumber belajar penunjang plpg 2016 Mata pelajaran/paket keahlian Fisika Bab vi Sifat cermin . Jakarta : Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan. 

Suwarna, Iwan Permana. (2010). OPTIK. Bogor : CV Duta Grafika.


Lampiran 



Metodologi Percobaan 

  1. Alat dan Bahan

a.

Alat 

b.

Bahan 


  1. Kaca Pembesar/ Lup

  2. Botol Air Mineral Bekas

  3. Korek Api

  4. 2 Buah Cermin Datar 

  5. Pengaris

  6. Layar dari Kertas Putih

  7. Alat Tulis 


  1. Lilin



  1. Desain Percobaan 

Desain Percobaan Alat Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung 

Desain Percobaan Alat Pembentukan Bayangan pada Dua Cermin Datar 


  1. Prosedur Percobaan

Prosedur Percobaan Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung

Prosedur Percobaan Pembentukan Bayangan pada Dua Cermin Datar








Share:

Hallo!!

Selamat datang di blog saya. Salam literasi dan salam pendidikan! Halo teman-teman! kalian bisa mencari catatan materi tentang edukasi khususnya materi di jenjang SMP IPA kelas 7 , 8 , dan 9 di sini! Semangat belajar!

Search This Blog

Blog Archive

Powered by Blogger.

Total Pageviews