Definisi Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) dapat didefinisikan sebagai naiknya suhu permukaan bumi menjadi lebih panas selama beberapa kurun waktu yang disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di lapisan atmosfer. Pada dasarnya fenomena pemanasan di permukaan bumi sebenarnya merupakan gejala sistem alam yang normal untuk menghangatkan planet bumi sehingga suhu bumi tidak menjadi dingin bahkan membeku seperti pada zaman es yang pernah terjadi 15.000 tahun lalu (Miler,1979).
Penyebab Pemanasan Global
Efek Rumah Kaca
Pemanasan Global atau yang dikenal dengan Global Warming merupakan fenomena meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pemanasan Global disebabkan diantaranya oleh Greenhouse Effect atau yang kita kenal dengan efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya (Kardono, 2021).
Proses terjadinya efek rumah kaca dapat dijelaskan melalui gambar berikut. Dalam rumah kaca (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di negara yang mengalami musim salju, atau percobaan tanaman dalam bidang biologi dan pertanian, energi matahari (panas) yang masuk melalui atap kaca Sebagian dipantulkan keluar atmosfer dan sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan suhu di dalamnya. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya efek rumah kaca (Gealson,2007).
Gambar 2. Mekanisme Efek Rumah Kaca
(Sumber: Gealson,2007)
Uap Air
Penyebab pemanasan global juga dapat dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik yang dihasilkannya, seperti pada penguapan air. Pada awalnya pemanasan akan lebih meningkatkan banyaknya uap air di atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, maka pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Keadaan ini menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas 𝐶𝑂 itu sendiri. Peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air 2 absolut di udara, namun kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat. Karena usia 𝐶𝑂 yang panjang di 2 atmosfer maka efek balik ini secara perlahan dapat dibalikkan (Soden & Held, 2005).
Awan
Selain penguapan, awan diduga menjadi efek balik. Radiasi infra merah akan dipantulkan kembali ke bumi oleh awan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sementara awan tersebut akan memantulkan pula sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Secara detail hal ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke 4). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat (Soden & Held, 2005).
Dampak yang Ditimbulkan
Menurut Ramlan (2002), ada 4 dampak yang terjadi akibat adanya pemanasan global yaitu :
Cuaca yang sangat ekstrim yang dapat menyebabkan iklim tidak stabil.
Menipisnya dan mencairnya es di kutub utara dan menyebabkan terjadinya peningkatan permukaan laut.
Timbulnya wabah dan penyakit baru yang diakibatkan meningkatnya polusi.
Adanya bencana alam dan perubahan lingkungan.
Penanganan
Menurut Ismail (2002), tentang mitigasi global warming dapat dilakukan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Produksi emisi terbesar adalah kegiatan industri maupun kegiatan lain yang menggunakan bahan bakar fosil untuk melakukan aktivitasnya (Mitigasi dengan menurunkan produksi emisi tidaklah mudah, sebab Negara-negara besar penghasil emisi yaitu Prancis, Italia, Belanda, Rusia, Jepang, Kanada, dan AS) tak menunjukkan sikap yang serius untuk mengatasi masalah pemanasan bumi (global warming) yang kondisinya. Bahkan AS, negara industri terbesar tak mau tunduk pada Protokol Kyoto.
Untuk lebih mengungatkan pemahaman kalian, kalian dapat menyimak pembelajaran mengenai pemanasan global dibawah ini. (Sumber Video: Godeliva Olivia C)
Dari uraian di atas dijelaskan bahwa Pemanasan global (Global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahya berbagai jenis hewan. Lalu apakah benar pemanasan global disebabkan karena efek rumah kaca, awan sekaligus uap air? Mari kita lakulan percobaan untuk memecahkan msalah ini. Nah mari menyimak pengantar dari video berikut untuk menyimak langkah percobaannya.
SUMBER RUJUKKAN
Gleason, K.K., Karecki, S & Reif, R. (2007). Climate Classroom; What’s up with global warming?. National Wildlife Federation. Diakses dari https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/85146/Virginia% 20Mahendra%20Pradini._1.pdf?sequence=1 pada 19 Maret 2021. Pukul 20.36 WIB.
Ismail, N. (2002). Pekatnya GRK dan Bumi Makin Panas. KTT Johannesburg diakses dari https://bit.ly/3c6kraZ pada 19 Maret 2021 pukul 20.00 WIB.
Kardono. (2021). Konsekuensi Pemanasan Global Dan Solusinya. Diakses dari https://www.bppt.go.id/index.php/profil/organisasi/389-konsekuensipemanasan-global-dan-solusinya-dunia pada tanggal 20 Maret 2021 pukul 18:51 WIB.
Miller. (1979). Living in The Environment. Second Edition. Belmont: Wadsworth Publ. Coy.
Ramlan, M. (2002). Pemanasan Global (Global Warming). Jurnal Teknologi. Lingkungan:Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 3(1), 30-32. Diakses dari http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/233/133 pada 18 Maret 2020 pukul 14.00 WIB.
Soden, B.J. & Held, I.M. (2005). An Assessment of Climate Feedbacks in Coupled Ocean-Atmosphere Models. Journal of Climate. 19(14). Diakses dari https://journals.ametsoc.org/view/journals/clim/19/14/jcli3799.1.xml pada 19 Maret 2021. Pukul 22.12 WIB.
No comments:
Post a Comment