1. Pengertian Sel
Cells are dramatic examples of the underlying unity of all living things. This idea was first expressed by two German scientists, botanist Matthias Schleiden in 1838 and zoologist Theodor Schwann in 1839. Using their own observations and those of other scientists, these early investigators used inductive reasoning to conclude that all plants and animals consist of cells (Solomon, 2008:7).
Maksud kutipan tersebut adalah sel merupakan kesatuan yang mendasari semua makhluk hidup. Ide ini diungkapkan oleh dua ilmuwan jerman, ahli botani Matthias Schleiden pada tahun 1838 dan ahli zoology yaitu Theodor Schwann pada tahun 1839. Dengan menggunkan pengamatan mereka sendiri dan juga ilmuwan lain, mereka menyimpulkan bahwa semua tumbuhan dan hewan tersusun atas sel.
2. Pengertian Jaringan
Definisi jaringan adalah sekelompok sel dengan asal usul struktur, dan fungsi yang sama. Devinisi ini tidak tepat untuk semua kasus. Diperlukan definisi yang lebih lentur untuk jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Bentuk-bentuk peralihan menimbulkan kesulitan dalam pengelompokkan jaringan. Percobaan dengan suatu perlakuan dapat menyeybabkan suatu tipe sel berubah menjadi tiep sel yang lain. Sebagai contoh, sel parenkim dapat dirangsang untuk berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh. Jaringan mungkin juga terdiri atas sel yang berbeda bentuk, bahkan fungsinya, tetapi susunannya selalu sama (Mulyani 2006:83-84).
Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama dan terikat oleh bahan-bahan antar sel membentuk satu kesatuan. Jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Tumbuhan ada dua macam yaitu tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Tumbuhan biji tertutup berkeping satu atau disebut monokotil dan tumbuhan biji berkeping dua disebut dikotil. Perbedaan dari struktur luar yaitu struktur bunga, sistem pengukuran, struktur daun dan perkecambahan. Struktur dalam perbedaannya yaitu terdiri dari pembuluh akut pada batang, akar dan daun (Kimball, 1992: 37).
3. Macam Jaringan Tumbuhan
Menurut Woelaningsih (dalam Yulanda, dkk. 2011: 13) tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan, seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan jaringan pengangkut.
a. Jaringan Muda
1) Jaringan Meristem
Gambar 1. Diagram Posisi Meristem pada Tumbuhan
(Sumber: Faisal dkk, 2016:37)
Jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri atas sel-sel yang mempunyai sifat membelah diri. Fungsinya untuk mitosis, dimana sel-selnya kecil, berdinding tipis tanpa vakuola tengah di dalamnya. Jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah atau bersifat meristematik. Fungsi sel meristematik adalah mitosis. Bentuk dan ukuran sama relatif, kaya protoplasma, umumnya rongga sel yang kecil (Campbell, 2008: 48).
3
Gambar 2. Epidermis
(Sumber: David and Dennis, 2007:15)
Menurut Nurfadlilah (2010), jaringan mersitem dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a) Jaringan Meristem Primer
Jaringan meristem yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio. Contoh: ujung batang, ujung akar. Meristem yang terdapat di ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal. Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang. Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.
b) Jaringan Meristem Sekunder
Jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder yang menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan.
Jaringan Dewasa
Pendapat lain menyebutkan bahwa letak dan asal pertumbuhan meristem, jaringan meristem itu dapat dibedakan atas dua: Meristem primer (titik tumbuh primer atau promeristem), Meristem sekunder (titik tumbuh sekunder atau kambium). Meristem primer terdapat pada titik tumbuh di ujung batang dan akar, sehingga disebut juga titik tumbuh apikal (ujung) (Muhidin, Hamka, Faisal, dkk ,2016 : 37).
b. Jaringan Dewasa
Menurut Muhidin, Hamka, Faisal, dkk (2016 : 38) jaringan dewasa (Jaringan Tubuh Tua) Sel-sel jaringan dewasa bentuknya lebih besar dari sel-sel meristem, plasmanya lebih sedikit, vakuola lebih besar, kadang-kadang sel jaringan dewasa telah mati dan terisi dengan udara atau air serta dinding selnya mempunyai penebalan yang bermacam-macam.
1) Jaringan Parenkim
Menurut Sri Mulyani (2006) klorenkim adalah sel parenkim yang berisi kloroplas dan berfungsi untuk fotosintesis. Sel ini biasanya mempunyai beberapa vakuola. Misalnya parenkim palisade pada daun kare (Ficus elastica).
(Sumber: Faisal dkk, 2016:38)
Gambar 4. Parenkim
(Sumber: David and Dennis, 2007:5)
a) Parenkim Penimbun
Parenkim penimbun adalah sel parenkim yang biasanya berisi leukoplas (cadangan nalanan) seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Sel parenkim ini dapat menyimpan bahan cadangan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, dalam bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma. Sel-sel parenkim penimbun tersusun rapal, tanpa ruang antarsel. Parenkim penimbun biasanya terdapat pada empulur batang, akar, umbi rimpang, buah, dan endosperm biji. Micalnya, parenkim penimbun pada pisang (Musa paradisiaca).
b) Parenkim Air
Parenkim air umumnya terdapat pada tubuh tumbuhan yang hidup di daerah kering (xerofit), tumbuhan epifit seperti Orchudacae dan tumbuhan sukulen. Umumnya, sel berukuran besar, berdinfing tipis, lapisan sitoplasmanya tipis, mengandung hanya sedikit kloroplas atau bahkan tidak ada sama sekali. "Sel penyimpan air” mempunyai vakuola besar yang berisi cairan berlendir. Senyawa berlendir ini tampaknya dapat meningkatkan kapasitas penyimpan air dan juga terdapat dalam sitoplastma maupun dinding sel. Misalnya pada daun Aloe sp. Sel parenkim penyimpan air sebagai bahan cadangan juga terdapat pada umbi kentang, yang menyuplai air pada bagian tumbuhan yang sedang mulai berkembang dan pada proses pembentukan batang.
c) Aerenkim (Parenkim Udara)
Sel sel aerenkim mempunyai banyak ruang antarsel yang berkembang maksimum. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan yang tumbuh di tempat yang banyak mengandung air dan tumbuhan yang habitatnya di air (hidrcfit). Jaringan ini penting untuk pertukaran udara. Misalnya pada enceng gondok.
2) Jaringan Sklerenkim
Menurut Nugroho (2017) sklerenkim merupakan kurnpulan sel yang dindingnya mengalarni penebalan sekunder dan kuat karena mengalami lignifikasi sehingga mampu berperan sebagai jaringan penguat. Jaringan ini diharapkan mampu melindungi jaringan di sekitarnya yang memiliki struktur lebih lunak. Sklerenkim sering dibedakan menjadi dua kategori, yaitu serabut yang secara umum serabut lebih tipis dan panjang, sedangkan sklereid bervariasi dalam hal bentuk, dari isodiametris sampai memanjang kadang bercabang.
Sklereid sering disebut sel batu, karena dinding selnya keras mengandung lignin. Bentuk selnya relatif pendek, berkelompok-kelompok, atau menyendiri contoh pada tempurung (endocarpium) kelapa. Pada banyak tumbuhan sklereid terbentuk sebagai kumpulan sel yang padat di bagian dalam jaringan parenkim yang lunak. Organ-organ tertentu, seperti misalnya kulit kenari serta banyak biji batu dan selaput biji lainnya, seluruhnya dibentuk dari sklereid (Muhidin,Hamka, Faisal, dkk ,2016 :43).
Jaringan sklerenkim tersusun atas sel sel dengan dinding sekunder yang tebal. Fungsi jaringan sklerenkim adalah sebagai penyokong atau penguat dan biasanya juga sebagai pelindung. Sel sklerenkim dibedakan menjadi dua, yaitu serabut sklerenkim dan sklereid. Serabut sklerenkim berbentuk panjang, ramping, berujung runcing dan berdinding tipis yang bersifat elastis. Sifat elastis ini berguna bagi tumbuhan untuk kembali pada posisi semula ketika tumbuhan tersebut bergerak atau tertiup angin. Sklereid merupaan sel yang lebih pendek dibandingkan serabut sklerenkim yang berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari hewan herbivora. Sklereid terdapat pada daun, batang, buah dan biji (Waluyo, 2006: 81).
Jaringan Kolenkim Kolenkim merupakan bagian terluar pada korteks batang, sel-sel kolenkim bersifat hidup, kadang-kadang mengandung kloroplas. Kolenkim merupakan jaringan penguat pada bagian batang yang masih muda, tangkai daun, ibu tulang daun (jarang dijumpai di akar) (Muhidin,Hamka, Faisal, dkk ,2016 :43).
Gambar 5. Kolenkim
(Sumber: David and Dennis, 2007:5)
Jaringan kolenkim merupakan jaringan yang berdinding tebal dan secara khusu dikembangkan di sudut sudut sel. Jaringan kolenkim berfungsi memberi tunjangan mekanis bagi tumbuhan. Bias anya terdapat pada tubuh tumbuhan yang tumbuh secraa cepat dan perlu diperkuat. Misalnya batang tumbuhan, tangkai daun, tangkai daun bunga, dan ibu tulang daun (Kimball, 2003: 113).
Gambar 6. Tipe-Tipe Jaringan Kolenkim
(Sumber: Faisal dkk, 2016:43)
4) Jaringan Epidermis
Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar. Berdasarkan ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm. Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan (Woelaningsih dalam Yulanda, dkk. 2011: 13 ).
Menurut Joko Waluyo (2006: 77), jaringan epidermis merupakan jaringan terluar tumbuhan yang meliputi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang hingga daun. Epidermis biasanya hanya terdiri ataas selaput sel yang pipih dan rapat. Pada epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan didalamnya serta sebagai tempat pertukaran zat. Jaringan epidermis dapat juga berkembang dan mengalami modifikasi menjadi sel rambut akar, sel penutup pada stomata dan spina. Epidermis seperti halnya kulit pada tubuh kita, merupakan komponen perlindungan pertama untuk melawan kerusakan fisik dan organisme organisme patogenik.
Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi seperti stomata dan trikomata (Kartasapoetra Yulanda, dkk. 2011: 13).
a) Epidermis Pucuk
Epidermis sebagian besar terdiri dari sel parenkim hidup dengan berbagai bentuk, biasanya berbentuk tabel (yaitu, dengan dimensi radial yang sempit dan relatif besar area permukaan dalam dan luar), dan seringkali dengan dinding antiklin yang bergelombang (terutama pada daun dan kelopak bunga). Di antara massa dasar parenkim daun terdapat stomata (paling sering di epidermis bawah) dan sel anak yang terkait. Pada rerumputan dan banyak monokotil lainnya, dan pada bagian yang memanjang (misalnya batang, tangkai daun, pelepah, dll.) Pada sebagian besar tumbuhan vaskular, sel epidermis biasanya memanjang dengan sumbu panjang sejajar dengan sumbu panjang struktur tumbuhan. Sifat dinding yang berliku-liku di beberapa Gymnospermae (Charles, 2010:141-142)
Gambar 7. Epidermis Daun Perbesaran x 234
(Sumber: Charles, 2010:142)
b) Epidermis Akar
Epidermis akar sering disebut rhizodermis, berbeda dengan tunas dalam perkembangan maupun dalam struktur dan fungsi. Pada monokotil, epidermis berasal dari lapisan sel meristematik di ujung akar yang juga membentuk korteks. Pada dikotil, epidermis berasal dari lapisan apikal sel yang juga membentuk tutup akar. Dalam setiap kasus, lapisan sel terluar yang berasal dari daerah meristematis ini terdiri dari protoderm tempat epidermis akhirnya berkembang (Charles, 2010:149)
5) Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkutan terdiri dari sel-sel yang bentuk dan susunannya sesuai dengan tugasnya sebagai tempat berlangsungnya pengangkutan yaitu terdiri dari sel-sel yang telah mengalami fusi dan berderet menurut arahnya pengangkutan. Jaringan pengangkutan dibedakan menjadi 2 (Muhidin,Hamka, Faisal, dkk ,2016 :46).
a) Xilem
Xilem merupakan jaringan campuran yang terssun atas beberapa tipe sel diantaranya ialah pembuluh xilem dan trakeid xilem. Pembuluh xylem berdinding tebal dan memiliki pola berkas berkas spiral. Bila sudah berkembang semuanya pembuluh xylem akan melart dan protoplasmanya mati. Sedangkan trakeid xylem tidak memiliki berkas spiral dan ujung ujungnya meruncing. Ujung ujungnya ini berfungsi sebagai pentup dan saling berhubungan dengan noktah noktah. Fungsi jaringan xylem adalah untuk mengalirkan air dan mineral dari akar ke daun (Kimball, 2003: 113).
Gambar 8(a). Kambium Vaskular Aktif Menghasilkan Xilem Sekunder Perbesaran x263 (b).Penampang Melintang Batang dari Pelargonium Perbesaran x100
(Sumber : Charles, 2010: 160)
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid ditemukan di dalam xilem hamper semua tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian besar angiosperma, serta segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji, memiliki unsur-unsur pembuluh (Campbell, 2008: 323).
Trakeid adalah sel-sel yang panjang dan tipis dengan ujung meruncing. Air bergerak dari sel ke sel terutama melalui ceruk, sehingga air tidak perlu menyeberangi dinding sekunder yang tebal. Dinding sekunder trakeid diperkeras oleh lignin, yang mencegah sel-sel runtuh akibat tegangan transport air dan juga memberi dukungan. Unsur-unsur pembuluh umumnya lebih lebar, lebih pendek, berdinding tipis, dan kurang meruncing dibandingkan trakeid. Unsur-unsur pembuluh tersusun dengan ujung-ujung yang bersentuhan, membentuk pipa mikro panjang yang disebut pembuluh. Dinding ujung dari unsur pembuluh memiliki lempeng berlubang-lubang yang mengalirkan air secara bebas melalui pembuluh (Campbell, 2008: 323).
Gambar 9. Bagian Tilakoid Xilem Sekunder Perbesaran x 3000
(Sumber: Charles, 2010: 196)
Thus they function in both support and storage of photosynthate. Their cell walls are typically much thinner than those of libriform fibers, and their bordered pits less reduced. Typically, the septa between protoplasts consist solely of primary wall. Since the septa extend only to the inner surface of the secondary wall of the fiber-tracheid (Fig. 11.14c), it is apparent that
they were deposited by the protoplasts following each nuclear division late in the development of the cell (Charles 2010: 196)
Dinding sel mereka biasanya jauh lebih tipis daripada serat libriform, dan lubang berbatasannya kurang berkurang. Biasanya, septa antar protoplas hanya terdiri dari dinding primer. Karena septa hanya meluas ke permukaan bagian dalam dari dinding sekunder fibre-tracheid, tampak jelas bahwa mereka diendapkan oleh protoplas mengikuti setiap pembelahan inti pada akhir perkembangan sel (Charles 2010: 196)
The secondary xylem of dicotyledons differs from that of gymnosperms primarily in the greater complexity of the tissue (Fig. 11.13a, b) and the greater structural diversity among different taxa. The most significant difference is the functional separation in dicotyledons of cells providing mechanical support and those which provide transport of water and minerals. Whereas in gymnosperms both of these functions are served by tracheids, in dicotyledons support is provided largely by fibers and longitudinal transport by vessel members except in the most primitive angiosperms (e.g., members of the Winteraceae of the Magnoliidae) which lack vessel members. The secondary xylem of these primitive taxa closely resembles that of gymnosperms, the axial system being composed primarily of tracheids. Another difference between some gymnosperms and angiosperms is the nature of the pit membranes in the pits of tracheary elements. Whereas in conifers the pit membranes have a central, thickened torus and a surrounding, highly porous margo of intertwined cellulosic strands, the pit membrane of tracheary elements in angiosperms is a much simpler sheet of primary wall of uniform structure (Charles, 2010:194).
Xilem Sekunder Dikotil di dikotil dukungan sebagian besar disediakan oleh serat dan transportasi longitudinal oleh anggota kapal kecuali pada angiosperma paling primitif (misalnya, anggota Winteraceae dari Magnoliidae) yang tidak memiliki anggota kapal. Xilem sekunder dari taksa primitif ini sangat mirip dengan gymnospermae, sistem aksial yang utamanya terdiri dari trakeid. Perbedaan lain antara beberapa gymnospermae dan angiospermae adalah sifat membran lubang di lubang elemen tracheary. Sedangkan pada tumbuhan runjung, membran lubang memiliki pusat(Charles, 2010:194).
Gambar 4. Serat yang terdapat pada Xilem Dikotil
(Sumber : Charles, 2010: 195)
b) Floem
Floem merupakan jaringan yang kompleks. Floem berfungsi membawa makanan berupa zat organik dari suatu bagian yang lain pada tumbuhan. Floem tersusun atas bulu tapis berupa elemen pipa yang mempunyai lapisan yang rata ujungnya dan sel pengiring (Waluyo, 2006: 81).
15Gambar 10. Melintang Bagian Floem Sekunder , Perbesaran (a) x 206, (b)x529, (c)x60, dan (d) x160
(Sumber: Carles, 2010: 224)
Menurut Nugroho dkk (2012: 97), floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel pengiring, sel albumin (pada gimnosperma), serat-serat floem, dan parenkim floem.
Sel pengiring berhubungan erat dengan pembuluh tapis. Sel-sel pengiring biasanya merupakan untaian atau deretan yang menyerupai sel parenkim dengan sel-sel yang bersifat hidup. Sel pengiring diduga berperan dalam keluar masuknya zat-zat makanan melalui pembuluh tapis (Nugroho dkk, 2012: 98).
Gambar11. Penampang Melintang jaringan batang muda Helianthus Perbesaran 9x (Sumber: Charles, 2010:126)
Gambar 12. Penampang Melintang Bagian Batang Zea mays Perbesaran x 182 (Sumber:Charles, 2010: 132)
Tipe jaringan pengangkut dibedakan beberapa tipe berkas yaitu berkas kolateral. Pada tipe ini floem dan xilem berdampingan. Ada dua tipe, yaitu kolateral terbuka dan kolateral tertutup. Berkas kolateral terbuka, antara floem dan xilem terdapat kambium. Berkas seperti ini pada batang tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Berkas kolateral tertutup antara floem dan xilem tidak terdapat kambium pembuluh. Letak berkas biasanya tersebar, dan terdapat pada batang monokotil. (Muhidin,Hamka, Faisal, dkk ,2016 :47). Tipe-tipe berkas pengangkutan adalah sebagai berikut: Berkas bikolateral. Xilem diapit oleh floem luar dan floem dalam. Batas antara xilem dan floem luar adalah kambium, sedang antara xilem dan floem dalam terdapat parenkim penghubung. Berkas ini misalnya Solanaceae, Cucurbitaceae, dan Apocynaceae(Muhidin,Hamka, Faisal, dkk ,2016 :47). Berkas konsentris. Berkas pengakut melingkar. Berdasarkan letak xilem dibedakan menjadi konsentris amfivasal dan konsentris amfikribral. Konsentris amfivasal, bila xilem mengelilingi floem. Misalnya pada batang Cordyline, Aloe, Agave. Konsentris amfikribral, xilem dikelilingi oleh floem. Misalnya pada rizoma tumbuhan paku(Muhidin,Hamka, Faisal, dkk ,2016 :47).
Radial Berkas pada akar, letak xilem dan floem berganti-ganti. Pada tumbuhan Gymnospermae dan dikotil akar dapat mengalami pertumbuhan sekunder, sehingga kambium pembuluh menghasilkan xilem dan floem sekunder, dan akar mempunyai struktur seperti batang(Muhidin,Hamka, Faisal, dkk ,2016 :47-48).
Daftar Pustaka
Beck, Charles B. 2010. An Introduction to Plant Structure and Development. New York: Cambridge University Press.
Campbell, 2008. Jaringan Tumbuhan. Edisi ketiga Jilid I. Erlangga: Jakarta. Campbell, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Ke-8. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J.W. 2003. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Muhidin,Hamka, Faisal, dkk. Biologi Dasar Bagian Pertama. Makasar: Alauddin University Press.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : PT Kanisius.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Nugroho, Hartanto.dkk, 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Yogyakarta; Penebar Swadaya.
Nugroho. 2017. Struktur dan Produk Jaringan Sekretori Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurfadlilah. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Melalui Pengunaan Media Flashcard pada Konsep Struktur Tubuh Tumbuhan Siswa Kelas VIII MTSN Tinambung Polman. Makassar: Universitas Islam Negeri Alaludin.
Solomom. 2008. Biology. USA: Thomson Book.
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember Press. Yulanda, Rompas, dkk. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal Biologos, Vol. 1 (1): 13. DOI:https://doi.org/10.35799/jbl.1.1.2011.371 diunduh dari
No comments:
Post a Comment